28 Desember 2014

Peranan pemerintah terhadap kaum disabel

Mentri Sosial Khofifah bersama pengrajin sablon disabel

Kementerian Sosial tengah menyiapkan skema pelatihan kewirausahaan untuk kaum difabel atau orang dengan kebutuhan khusus. Pelatihan kewirausahaan bakal dilakukan di panti sosial, selter dan dinas sosial di seluruh Indonesia. “Mereka disiapkan agar mandiri dan produktif,” kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa usai kuliah umum di Universitas Brawijaya Malang, Kamis, 4 Desember 2014. 

Menurut Khofifah pelatihan tersebut bertujuan agar setelah mendapat pelatihan, mereka bisa bekerja secara mandiri bahkan bisa mempekerjakan orang lain. Seluruh unit pelaksana teknis panti sosial, kata dia, sedang menyiapkan pola pelatihan tersebut. Selain itu, para penyandang difabel juga mendapat kesempatan menjadi pegawai negeri sipil. 

Kaum difabel yang diberi peluang menjadi pegawai negeri sebanyak 300. Rinciannya 200 di Kemeterian Sosial dan 100 orang di lembaga lain. Bidang pekerjaan yang disediakan, ujar Khofifah, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

Selain itu, pemerintah juga memberikan pelayanan khusus kepada para penyandang difabel termasuk penggunaan fasilitas umum, fasilitas khusus dan pendidikan inklusif yang berbeda dengan orang normal. Untuk itu, Kementerian Sosial sedang melakukan validasi data difabel di Indonesia.

Validasi data ini mengerahkan seluruh petugas Dinas Sosial mulai di Pemerintah Kota/Kabupaten hingga Pemerintah Provinsi. Tujuannya agar data yang didapat benar-benar akuntabel sesuai dengan nama dan alamat masing-masing. “Proses pendataan juga melibatkan mahasiswa agar validitasnya dapat dipertanggungjawabkan,” kata Menteri Khofifah.

Universitas Brawijaya Malang sendiri menerima 20 mahasiswa berkebutuhan khusus. Mereka tersebar di Fakultas Ilmu Budaya, Bahasa dan Sastra, Ekonomi, Hubungan Internasional, Teknologi Informasi dan Fakultas Ilmu Administrasi.

Para dosen menyajikan bahan mata kuliah yang ramah bagi disabilitas. “Perkuliahan disajikan berbasis elektronik, bahan kuliah audio untuk penderita tuna netra dan visual untuk mahasiswa tuna rungu,” kata Rektor Universitas Brawijaya Muhammad Bisri.

sumber : harianaceh.co.id

26 Desember 2014

Tentang Disabilitas

Simbol Internasional Penyandang Disabilitas

Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan. Jadi disabilitas adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.

Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari :

a. Penyandang cacat fisik
b. Penyandang cacat mental
c. Penyandang cacat fisik dan mental

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (disabilitas) bertujuan untuk menciptakan/agar :

1. Upaya peningkatan kesejahteraan social penyandang cacat berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.

Program kebijakan pemerintah bagi penyandang disabilitas (penyandang cacat) cenderung berbasis belas kasihan (charity), sehingga kurang memberdayakan penyandang disabilitas untuk terlibat dalam berbagai masalah. Kurangnya sosialisasi peraturan perundang-undangan tentang penyandang disabilitas menyebabkan perlakuan stakeholder unsur pemerintah dan swasta yang kurang peduli.

sumber : wikipedia

25 Desember 2014

Mode tanpa batas

Pakaian dari desainer Sabina Gorelik
Moscow Fashion Week di Rusia biasanya dikenal sebagai salah satu yang terbesar di dunia mode, tapi setelah aksi mereka yang cukup mengesankan pada acara tahun ini, mungkin itu akan berubah.

Ada gerakan yang menarik terjadi di dunia mode, dimana desainer dan konsumen sama-sama menuntut perubahan, keragaman dan representasi yang lebih baik dari dunia nyata.

"Mode Tanpa Batas" adalah nama acara landasan pacu yang melihat sekelompok desainer menampilkan desain mereka pada model yang semua memiliki kekurangan fisik/cacat.

Pakaian dari desainer Daria Razumihina
Desainer seperti Daria Razumihina, Sabina Gorelik, Dmitriy Neu, Masha Sharoeva, Albina Bikbulatova, Oksana Livencova, Miguel Angelo Fernandes Carvalho dan Christine mensajikan koleksi couture untuk penyandang cacat fisik dan achondroplasia. Inisiatif ini, yang disebut "Model tanpa batas" bertujuan untuk meningkatkan kesadaran/kepedulian terhadap penyandang cacat fisik dalam industri fashion dan merupakan bagian dari acara fashion empat hari di Moskow yang memiliki lebih dari 30 desainer.

Tujuan dari acara mereka adalah untuk memungkinkan model cacat untuk tidak dikecualikan dari industri fashion, bertujuan untuk membawa keragaman dan representasi yang lebih besar bagi orang-orang cacat ke mode mainstream dan mereka berharap banyak dari mode lain yang lebih besar di seluruh dunia akan memperhatikan dan mengikutinya.

Jadi ini adalah ketiga kalinya Moskow Fashion Week, dan setiap tahun banyak desainer bersaing untuk menjadi bagian dari showcase yang tidak diragukan lagi.

24 Desember 2014

7 cara pancarkan pesona bagi disabilitas


Setiap orang itu mempunyai pesona. Namun, jika Anda tidak memiliki rasa percaya diri, pesona aura dalam diri Anda tidak akan terlihat. Pesona sejati berasal dari dalam diri masing-masing, tidak hanya dari penampilan luar saja.

Hukum ini pun berlaku tak terkecuali untuk seorang penyandang disabilitas. Tentunya, bukan kecacatan jiwa dan hati nurani. Penyandang disabelitas juga manusia sama seperti yang lainnya. 

Hal yang terpenting bagi Anda agar pesona aura terpancar adalah memperindah jiwa Anda. Bagaimana caranya ?

1. Anda Tampil Apa Adanya

Semua orang itu berbeda dan spesial dengan caranya masing-masing. Berpikir bahwa kekurangan tersebut akan membuat terlihat jelek justru akan membuat Anda tidak percaya diri dan nyaman. Pesona aura sejati bersinar dari dalam diri Anda.

2. Percaya Diri

Tidak peduli apa saja yang menjadi kekurangan Anda tersebut, percayalah bahwa hal tersebut akan membawa Anda ke arah positif. Jangan biarkan orang-orang memberi pandangan yang mengintimidasi Anda. Jika masih terjadi, jangan malu dengan diri Anda.

3. Jadi Diri Anda Sendiri

Tidak ada alasan untuk malu dengan diri atau kekurangan yang Anda miliki. Semua terjadi karena sebuah alasan. Tidak banyak yang bisa Anda perbuat, kecuali mencintai kekurangan diri sendiri.

4. Jadi Orang Baik dan Sabar

Selalu ada orang yang merendahkan kita, tak peduli Anda normal atau penyandang disabelitas. Mereka merasa itu hal yang menyenangkan. Namun, jika Anda bisa meredam amarah dan tetap sabar, pesona pancaran aura Anda tak tertandingi.

5. Cobalah Untuk Bergaul

Jangan takut untuk berhubungan atau sekedar menyapa orang lain. Pandang mereka dan berikan senyuman terbaik yang Anda miliki. Kemudian sapalah mereka. Memperlakukan mereka seperti itu akan membuat orang lain merasa senang.

6. Tunjukkan dan Pertahankan Selera Humor Anda

Senyum bisa membuat pesona Anda semakin terlihat. Salah satu cara membuat senyuman menjadi terlihat tulus adalah tertawa. Humor bisa membuat mood meningkat dan membuat Anda semakin nyaman.

7. Jangan Berusaha Menyembunyinya

Orang-orang tidak akan menyadari kekurangan tersebut sampai Anda sendiri yang aktif menunjukkan atau menyembunyikannya. Semua orang unik dan spesial. Jangan menyembunyikan dan menipu diri sendiri. Hal ini pun berlaku bagi semua orang.


21 November 2014

Sri Lestari, bukti difabel bisa mandiri

Sri Lestari saat memulai perjalanannya
Kisah Sri Lestari, seorang difabel yang mengendarai sepeda motor sendiri ke mana-mana menjadi berita dunia. Profil videonya muncul di Youtube dan ditautkan sejumlah media besar dunia, seperti ABC News. Kisahnya inspiratif dan dianggap bisa memotivasi kaum difabel untuk bisa hidup mandiri.

Sri, 39 tahun, asal Wonosobo, Jawa Tengah, mengalami kecelakaan lalu-lintas saat sedang mengendarai sepeda motornya 16 tahun lalu. Kecelakaan itu sangat parah hingga ia dinyatakan lumpuh dari dada ke bawah ketika usianya masih 23 tahun. Dokter menyebutkan ia akan lumpuh sepanjang hidupnya. Orangtuanya kemudian mencoba mencari pengobatan alternatif, termasuk mengikuti kepercayaan yang menyarankan agar membiarkan Sri hidup di hutan. Namun setelah delapan bulan tak berhasil, orangtuanya membawa Sri pulang. Sejak itu ia tinggal di rumah tanpa kegiatan. Kadang-kadang membuat bordir. Namun secara umum, katanya, hidupnya membosankan. Ia terus berada di atas kursi roda di dalam atau sekitar rumah. Ia merasa tersiksa karena tidak produktif.

Sri lestari dengan motor modifikasunya

Segalanya berubah sejak ia memodifikasi sepeda motor. Sepeda motor itu dibuat sedemikian rupa hingga bisa ia kendarai sendiri tanpa bantuan orang lain. Caranya dengan menambahkan gerobak di sisi kirinya untuk kursi rodanya sehingga ia naik sepeda motor dan mengendarainya sambil tetap duduk di kursi roda.

Setelah itu ia bisa pergi ke mana-mana tanpa bantuan. Bahkan ia sudah mewujudkan mimpinya untuk menjelajahi Jakarta-Bali sepanjang 1.212 km di atas sepeda motor hasil modifikasinya.

Karena mobilisasinya meningkat ia kemudian bisa mendapat pekerjaan sebagai pekerja sosial di United Cerebral Palsy, Wheels for Humanity, sejak tahun 2009. “Saya mengunjungi orang-orang difabel yang hanya tinggal di rumah,” katanya. “Mereka kaget melihat saya bisa hidup mandiri, bisa pergi ke mana-mana sendiri dan mendapatkan pekerjaan seperti layaknya orang normal,” katanya lebih lanjut. Itulah buah ketekunannya dan “pemberontakannya” pada keadaan agar ia bisa hidup mandiri.

tanpabatas.com

7 Oktober 2014

Celsey Jay, model difabel cantik



Model yang dipaksa untuk meninggalkan karirnya setelah mengidap kondisi langka ini akhirnya mencapai mimpinya menjadi model. Chelsey Jay 23th, merasa takut ketika dia harus menerima kondisi yang dikenal sebagai Postural Takikardia Syndrome (POTS) yang menyebabkan dia pingsan setiap kali dia berdiri. Chelsey, dari Witham, Essex, tiba-tiba menjadi terbatas pada kursi roda, dan dipaksa untuk berhenti meraih mimpi nya menjadi modeling.

Chelsey mengatakan : "Ketika saya didiagnosis mengidap Pots, saya pikir mimpi saya sudah berakhir. "Aku baru saja mulai model, kemudian tiba-tiba aku merangkak di sekitar rumah berlutut dan menggunakan kursi roda. ​​Aku bahkan harus duduk untuk menyikat gigi.”


Tapi setelah berbicara tentang pengalaman saya secara online aku menangkap perhatian seorang agen model yang disebut Model Of Diversity. Mereka kampanye untuk mendapatkan lebih banyak keragaman dalam industri modeling, dan tak lama mereka menandatangani saya. Sekarang, kehidupan saya telah benar-benar berubah. Chelsey akhirnya dikontrak dengan perusahaan modeling, perusahaan yg membawahi merek nama besar seperti toko fashion online, Bohoo.

“Aku sudah menjadi model untuk merek seperti Bohoo, dan melakukan catwalk di banyak acara yang berbeda. Aku mungkin tidak akan mampu berjalan catwalk seperti gadis-gadis lain lakukan, tapi aku melakukannya di kursi roda. Setiap kali aku foto shot saya meminta fotografer untuk memberitahu aku apa yang mereka inginkan dan aku akan melakukan semua yang aku bisa untuk melakukan itu. “Aku tidak mungkin bisa berdiri, tapi aku bisa menjadi model sama seperti orang lain”.

Di bangsal Rumah Sakit Stroke Broomfield di Chelmsford, Chelsey berkata : "“Aku pikir aku harus menyerah pada impianku, tapi sekarang aku tinggalkan itu. Aku punya pergeseran 15 jam depanku di bangsal dan saya baru saja mulai. "Aku baik-baik saja dan kemudian semua merasa tiba-tiba samar. Aku belum sarapan sehingga aku menduga itu adalah penyebab. "Aku pergi ke ruang guru untuk mengambil sesuatu untuk aku makan, dan ketika aku datang, kembali aku pingsan. "Semua orang berlari ke arahku dan hal berikutnya yang aku tahu aku telah dibawa ke UKS. Rupanya aku tidak responsif dan orang-orang benar-benar khawatir. "Itu benar-benar menakutkan, aku tidak tahu apa yang terjadi padaku”.


Chelsey memulai proses panjang, arahan, tes dan investigasi sebelum akhirnya didiagnosis dengan kondisi pada bulan Oktober 2012. Dia berkata : "Ini benar-benar sulit pada awalnya. Aku selalu hidup tertawa, tapi tiba-tiba hidup saya berbeda. Aku punya kursi roda dan skuter mobilitas dan semuanya berubah”. 

Tapi setelah berbicara tentang pengalamannya online, ia ditemukan oleh Model Of Diversity. Chelsey mengatakan : "Saya bertemu dengan mereka dan segera saya melakukan pemotretan untuk Bohoo. Itu hanya badai yg pasti berlalu dan sekarang aku selalu sibuk, baik modeling atau kampanye. Aku mungkin berbeda dengan model lain tapi aku tidak pernah membiarkan cacat menjadi penghalang aku”.

Aku selalu profesional dan mencoba untuk melakukan apa yang fotografer inginkan, orang berpikir penyandang cacat tidak mampu melakukan hal-hal tertentu, tetapi kami hanya beradaptasi. Aku akan berbaring, atau duduk, dan mencoba banyak pose yang berbeda. Anda akan berpikir reaksi terhadap model cacat mungkin kebingungan atau marah, tapi aku hanya mendapatkan reaksi positif. Masyarakat pasti siap untuk melihat model cacat dalam industri fashion. Sekarang, karir Chelsey hadir dari kekuatan ke kekuatan. Chelsey mengatakan: "Aku tidak bisa percaya betapa sibuknya aku saat ini dan bagaimana menarik semuanya. Tidak hanya modeling, tapi aku juga duta besar untuk model cacat pada Model Of Diversity  (Model Keanekaragaman)”. 

Aku jadi kepala kampanye untuk mendapatkan industri model penyandang cacat juga. Aku bahkan sudah mengadakan pertemuan dengan seorang anggota parlemen yang akan mengangkat masalah ini di parlemen. Sudah saatnya kita melihat perubahan dalam jenis model yang digunakan dalam industri fashion, setiap orang harus diwakili. Hanya setahun yang lalu aku pikir hidupku sudah berakhir. Namun berkat Model Of Diversity, keluarga aku luar biasa, dan pacar, aku tidak bisa lebih bahagia”.


CEO, Model Of Diversity, mengatakan : "Chelsey adalah seorang wanita muda yang luar biasa. Dia adalah orang yang sangat berani dan saya tahu dia akan menjadi model dikenal. Dia berkampanye tanpa lelah untuk model keanekaragaman dan begitu tanpa pamrih, dia melakukan hal-hal luar biasa bagi kami. Begitu aku bertemu dengannya aku segera melihat potensi dalam dirinya. Dia model untuk Bohoo, model pengantin, model Jean Paul Gaultier, bahkan model untuk Velvet Amour. Dia pergi ke Coran dan kemungkinan besar akan menjadi satu-satunya model yang cacat di sana, tapi dia selalu menakjubkan. Saya sangat bangga padanya, dia menakjubkan."

30 September 2014

Cahaya baru Sugimun

Keterbatasan fisik bukan penghalang meraih kesuksesan. Paling tidak itulah yang tercermin pada Sugimun, pemilik tiga unit toko elektronik “Cahaya Baru”
Suatu ketika Sugimun pergi ke solo untuk membeli mobil. Ketika akan masuk ke sebuah shoowroom mobil, seorang karyawan menghampirinya dan mengulurkan uang recehan kepadanya. Diperlakukan seperti itu Sugimun segera menukas, “Oh, saya bukan pengemis, Mas. Saya cari mobil.”
Tentu saja si karyawan tersebut kaget dan cepat-cepat masuk ke dalam sambil menanggung malu.
Menurut Sugimun, si karyawan mengira dirinya seorang pengemis karena menggunakan kursi roda, “Waktu itu sopir saya sudah duluan masuk show room,” kenang Sugimun tersenyum.
Lelaki yang lahir tahu 1970, di dusun Mojopuro, Magetan, Jawa Timur ini adalah pemillik toko elektronik “Cahaya Baru” di kota trenggalek dan Magetan, Jawa Timur.
Bagi orang Trenggalek , Magetan dan sekitarnya, nama toko itu sudah tidak asing lagi. “Cahaya Baru” dikenal sebagai toko elektronik yang cukup besar. Omsetnya sudah mencapai 150 juta per bulan.
Sugimun memberi nama tokonya dengan “Cahaya Baru”, dengan dimaksudkan untuk mewakili sebuah harapan harapan baru bagi diri dan keluarganya,
Keberhasilan Sugimun seperti sekarang tidak lepas dari usaha dan doa ibunya. Maklum, selain sejak kecil cacat, Sugimun juga lahir dari keluarga miskin. Saking miskinnya, ia tidak sempat mengenyam pendidikan formal. “Sekolah TK saja enggak pernah,” kenangnya.
Perubahan kehidupan Sugimun berawal pada usia 19 tahun. Ketika itu, seorang aparat desa beberapa orang dari Dinas Sosial  datang ke rumahnya. Mereka mengajak Sugimun mengikuti program penyantunan dan rehabilitasi sosial dan penyandang cacat di Panti Sosial Bina Daksa (PSDB) “Suryatama” di kota Bangil, Jawa Timur. Ditempat tersebut Sugimun mengikuti bimbingan fisik, mental, serta pendidikan kejar Paket A.
“Pada awalnya, saya merasa rendah diri karena semua teman saya penyandang cacat memiliki pendidikan formal mulai dari SD, SMP bahkan ada yang lulusan SMA,” kenangnya. Sedangkan dirinya belum mengenal baca tulis.
Namun karena tekadnya untuk bangkit dan tidak ingin bergantung pada orang lain, rasa rendah diri itu dibuangnya jauh-jauh. Di Suryatama, ia belajar keterampilan elektronik seperti radio, sound system, kipas angin, televise, dan lain sebagainya.” Katanya.
Setelah dua tahun mengikuti program pelatihan, Sugimun kembali pulang kampung. Namun ia tidak punya aktivitas di desanya. Akhirnya ia mencoba mencari kerja di tempat usaha servis elektronik. Sayangnya, kebanyakan berujung pada penolakan. “Mungkin mereka menilai saya tidak cukup mampu bekerja dengan baik karena kondisi fisik seperti ini,” kenangnya,
Yang menyedihkan, seringkali ia disangka pengemis saat melamar pekerjaan. Ia baru bisa bekerja tatkala seorang teman di Kediri menerimanya sebagai karyawan sebuah bengkel elektronik. Namun karena suatu alasan, tidak sampai satu tahun, ia memutuskan untuk pulang kampung.
Ia pun mencoba melamar pekerjaan di kota kelahirannya. Lagi-lagi ia kembali mendapatkan penolakan, “Hal ini membawa saya pada kesimpulan bahwa saya harus membuka lapangan pekerjaan untuk bisa bekerja,” katanya.
Berita Terkait pungusahamuslim.com

29 September 2014

Kekompok Kreativitas Difabel, Indra Sumedi


Indra Sumedi
Berawal dari keprihatinan dengan harga alat bantu bagi difabel yang mencapai puluhan juta rupiah, seorang difabel asal Bandung, Indra Sumedi dan rekan-rekannya sesama difabel di bawah naungan Kelompok Kreativitas Difabel (KKD) berkreasi memproduksi kaki dan tangan palsu dengan harga terjangkau. 


Di sebuah bengkel produksi yang terletak di Komplek Pindad, Gang A Sudali 14 No 11F, RW 08, Kelurahan Sukapura, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, menjadi tempat Indra memproduksi kaki dan tangan palsu berbahan dasar pipa PVC, spon, dan kulit imitasi yang sudah ia rintis sejak Desember 2010. 

Walau masih terbentur sulitnya memiliki perkakas untuk menunjang proses produksi, Indra tetap berupaya memproduksi alat bantu hasil kreasinya dan rekan-rekannya dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan alat bantu impor yang bisa mencapai puluhan juta rupiah.


Kreasi kaki dan tangan palsu itu mereka tawarkan mulai Rp 1 juta hingga Rp 4 juta per satu kaki atau tangan tergantung tingkat kesulitan. Namun bagi yang tidak mampu, cukup bayar ongkos bahan baku saja. Bahkan Mereka pun berinisiatif membuat program subsidi silang dengan menyisihkan keuntungan, untuk menyumbangkan bantuan kaki dan tangan palsu kepada sesama difabel lainnya yang kurang mampu. Kaki dan tangan palsu tersebut sudah merambah sampai keluar provinsi Jawa Barat, antara lain Jogja, Gresik, Kalimantan, dan Sulawesi.

kisahunik.blogspot.com


24 September 2014

Lifecare taxi Blue bird peduli difabel

Lifecare taxi blue bird
Warga ibukota berkebutuhan khusus kini tak perlu khawatir ketika ingin bepergian jauh. Karena layanan transportasi umum khusus untuk para difabel (orang dengan kebutuhan khusus) sudah diluncurkan. 

Peluncuran taksi bertajuk Lifecare dari Blue Bird ini diresmikan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono. Layanan taksi ini dapat memberikan aksesibilitas bagi difabel untuk melakukan perjalanan dengan aman, nyaman, dan mudah. 

Ahok pun mengucapkan rasa terima kasihnya atas penyediaan layanan taksi ramah difabel tersebut. "Terima kasih juga sama Dinas Perhubungan yang bijaksana dengan terapkan tarif reguler," ucap Ahok di Balaikota, Jakarta, Rabu (10/9/2014).


Sementara itu, Direktur Utama PT Blue Bird, Purnomo Prawiro menyatakan, taksi dengan desain khusus ini tetap akan dikenakan tarif normal.

"Mengapa tarifnya tetap normal? Karena ini merupakan program CSR (corporate social responsibility) Blue Bird," kata Purnomo.

Ada sebanyak 5 unit taksi Lifecare yang akan melayani warga difabel di Jakarta. Yang menarik, tempat duduk taksi ini didesain khusus dari Jepang sehingga sopir taksi atau penumpang bisa menaikan dan menurunkan tempat duduk yang ada di pinggir, samping pintu masuk taksi.

Walau terkesan mewah, tarif layanan 5 armada taksi Lifecare bermerek Nissan ini tetap menggunakan tarif normal, yakni tarif flag fall tetap Rp 7.000, kilometer berikutnya Rp 3.600 per kilometer, dan biaya tunggu sebesar Rp 42.000 per jam.


Kelima armada ini akan difokuskan berada di rumah sakit dan hotel yang memiliki pangkalan Blue Bird. Bila animo kebutuhan taksi lifecare ini sangat tinggi, maka kemungkinan besar Blue Bird akan menambah jumlah armadanya. Tidak hanya di Jakarta tetapi di provinsi lain yang membutuhkan layanan taksi khusus difabel ini. 

(yus)

23 September 2014

Saya yakin tidak ada yang tak bisa saya lakukan, Josef Matelka

Josef Matelka

Akibat sebuah kecelakaan sepeda motor yang mengerikan di tahun 2009, Jozef Metelka terpaksa harus kehilangan sebelah kakinya. Namun hal ini bukanlah penghalang bagi penggemar olahraga ekstrem ini agar terus bisa melakukan hobinya.

Total ada 12 kaki yang dibuatkan PACE Rehabilitation untuk Metelka. Di antaranya kaki khusus untuk bersepeda, main ski maupun snowboard, berlari, dan kini mereka tengah menggarap kaki prostetik agar Metelka dapat bermain roller blade. Metelka juga dibuatkan tiga kaki cadangan untuk main ski dan bersepeda.


Metelka yang telah terbiasa bermain ski dan bersepeda gunung sejak berusia tiga tahun dan bermain tenis sejak umur enam tahun, tak pernah membayangkan hidup tanpa olahraga. "Kehilangan kaki adalah hal terburuk yang terjadi pada saya. Syukurlah teknologi bisa membantu saya. Saya yakin tak ada yang tak bisa saya lakukan," katanya.

( mrs )

22 September 2014

Iron Chil, Rayven Kahae

Iron Chil

Rayven Kahae lahir dalam keadaan mengidap 'amniotic band syndrome' (ABS). "Bayi yang terlahir dengan kondisi ini hanya mempunyai beberapa jari di kedua tangannya, kadang tidak punya jari atau jari-jarinya menyatu," terang sang nenek, Rulan Waikiki.

Beruntung beberapa bulan yang lalu, sang nenek menemukan situs sebuah organisasi nonprofit bernama E-Nable. E-Nable bergerak aktif untuk menggalang donasi serta relawan sekaligus menyediakan tangan prostetik dari cetakan tiga dimensi untuk pasien yang membutuhkan secara cuma-cuma.


"Ia ingin memiliki tangan (prostetik) seperti Iron Man. Dan ia pun mendapatkannya. Ketika tangan itu ia pasang dan akhirnya ia bisa menggerakkan jari-jarinya, wajah Bubba langsung berbinar-binar," tutur Waikiki haru.

( mrs )

Saya sudah terlalu jauh untuk menyerah saat ini, Blake Leeper

Blake Leeper

Saat mendengar kata 'pelari', tentu yang ada di bayangan kita adalah atlet berlari dengan cepat menggunakan kedua kakinya. Namun tidak dengan Blake Leeper (24), laki-laki ini lahir tanpa sepasang kaki. Meskipun demikian, ia tak mau lantas menyerah dan kini justru sukses menjadi pelari tercepat di dunia.

Lahir dalam kondisi tersebut membuat semua dokter di kampung halamannya, Tennessee, berpikir Blake selamanya tidak akan pernah berlari maupun berjalan. Namun orang tua Blake tak mau begitu saja membiarkan anaknya tak berdaya, mereka kemudian memasangkan prostetik pada Blake sejak balita, menyuruhnya bergerak sendiri dan juga berolahraga.


"Ketika saya memiliki masa-masa sulit, saya memiliki banyak orang yang mendukung dan percaya pada saya. Saya sudah terlalu jauh untuk menyerah saat ini. Saya harus menyelesaikan apa yang telah saya mulai dan meyakinkan semua orang bahwa meskipun saya berbeda, saya masih bisa melakukan hal besar," ujar Blake.

( mrs )

Sprinter, Danielle Bradshaw

Danielle Brasdshaw
Di tahun 2010, Danielle Bradshaw memutuskan untuk mengamputasi kaki kanannya karena ia terlahir dalam keadaan yang membuat kakinya itu tak berguna. Ia pun kemudian memakai kaki prostetik sehingga tak bergantung pada kursi roda dan menekuni olahraga lari cepat.

Bradshaw, gadis asal Tameside, Greater Manchester, Inggris ini lahir dengan 'developmental dysplasia' pada pinggul dan lutut kanannya. Itu artinya pinggulnya sering terkilir dan kaki kanannya tidaklah stabil.

Ketika usianya baru dua bulan, tim dokter memotong tendon di kaki kanannya lewat operasi yang berlangsung lebih dari 12 jam. Akan tetapi semenjak saat itu, Bradshaw jadi sangat bergantung pada kursi roda dan kruknya.

Hingga akhirnya di usia 11 tahun, Bradshaw mengejutkan teman-teman dan keluarganya dengan meminta dokter untuk mengamputasi kaki kanannya. Hal ini ia lakukan karena ia ingin menjadi seorang pelari cepat. "Ia selalu tertarik pada berbagai jenis olahraga dan aktif bergerak. Ia hanya ingin bisa keluar dari kursi rodanya dan berlari, seperti yang lain," tandas sang ayah, Darren Quigley.

Operasi pun dilaksanakan di Sheffield Children's Hospital pada bulan September 2010. Dan ia pun dipasangi kaki prostetik. Sejak saat itu ia aktif mengikuti berbagai kejuaraan lari, terutama untuk lari cepat 100 meter di penjuru negeri. Bradshaw juga tercatat memenangkan berbagai medali, di antaranya medali emas dan perak di ajang England Athletic Championships.

Namun sejak aktif mengikuti berbagai kejuaraan lari dan banyak berlatih, kaki kiri gadis berumur 15 tahun tersebut mulai sering keseleo. Apalagi setelah diperiksa, kaki kiri Bradshaw mengalami kerusakan tendon yang parah sehingga memperlambat pergerakannya.

Kepada keluarganya, Bradshaw pun mengutarakan bahwa ia ingin kaki kirinya juga diamputasi sehingga ia dapat berlari dengan dua kaki prostetik dan berkompetisi di Paralympics atau ajang olimpiade untuk orang-orang difabel.

"Kami kira kondisi kaki kirinya cukup bagus, namun ternyata dua tahun belakangan kaki kiri ini justru membebani (Bradshaw). Ia jadi harus minum obat setiap hari, memakai alat penopang (braces) di pergelangan kaki dan lututnya. Lututnya pun dipasangi plat. Tapi kesemua itu justru membuatnya makin lambat berlari," kata Quigley seperti dikutip dari berbagai sumber, Jumat (19/9/2014).

'Proposal' amputasi untuk kaki kirinya itu pun sudah diajukan Bradshaw ke tim dokter yang mengatasi amputasi kakinya terdahulu. Sembari mempersiapkan diri untuk mengikuti Rio Paralympic Games di tahun 2016, Bradshaw dan keluarganya berharap tim dokter menyetujui permintaan tersebut dan memutuskan untuk melakukan tindakan amputasi pada Bradshaw pada bulan November tahun ini.

"Kaki prostetik ini membuat hidup saya jauh lebih baik. Saya jadi bisa mencoba berbagai jenis olahraga dan aktivitas lain yang tak pernah bisa saya lakukan sebelumnya. Bila saya diperbolehkan amputasi lagi, saya akan mampu melakukan apapun yang orang lain bisa lakukan," tutupnya.

(lil / fta)

6 September 2014

Share


Sahabat Kembali Berjalan..

Buat Kalian Yang Mempunyai Tongkat Atau Kursi Roda yang Sudah Tidak Terpakai Namun Masih Layak Untuk Digunakan, Kami Akan Menerima Dengan Senang Hati Jika Sahabat Ingin Memberikannya. Namun Jikalau Sahabat Ingin Menjualnya Dengan Harga Yang Murah, InsyaAllah Kami Akan Membelinya..

Silahkan Hubungin Contact Kami, Terimakasih.

*ketentuan :
1. Hanya Untuk Wilayah Jakarta dan Bekasi (sementara)
2. Kondisi Tongkat/Kursi Roda 70% Layak
3. Kami Akan Membelinya Sesuai Kebutuhan dan Kemampuan Kami

9 Agustus 2014

Logo baru, Semangat baru

GKB kini mempunyai logo baru yang terdapat arti di dalamnya.

Huruf "G" kami lambangkan dengan warna merah.

Merah kami artikan Berhenti. Ya, kami pernah berhenti sementara dari aktivitas ke duniawiian kami karena peristiwa yang mengakibatkan kami patah tulang kaki atau bahkan mungkin sampai di amputasi, namun itu sifatnya sementara.

Huruf "K" kami lambangkan dengan warna hijau.

Kami mengartikan warna hijau adalah Berjalan. Setelah kami berhenti, saat nya kami kembali berjalan dengan semangat untuk mendapatkan kehidupan kami kembali, semangat untuk maraih apa yang sudah kami niat kan.

Huruf "B" kami lambangkan dengan warna kuning.

Kuning, kami menganalogikan kuning sebagai simbol Kehati-hatian. kini kami sudah kembali berjalan dan kami tidak mau berhenti kembali. Maka dari itu kami harus berhati-hati.

Kalimat "Gerakan" kami buat dengan tulisan berwarnah hitam dan background putih, dan juga Kalimat "Kembali Berjalan" kami buat sebaliknya, dengan tulisan warna putih dan backgroun hitam. Kami menggartikan bahwa hidup kami ini adalah keseimbangan dimana dibalik kekurangan kami, kami mempunyai kelebihan.

(gkb)

8 Agustus 2014

Gitaris difabel handal, kang Yana

Kang Yana
Kondisi fisik cacat atau tidak normal bukan sebagai kekurangan atau ketidakmampuan seseorang. Bahkan ada banyak penyandang cacat yang ternyata mampu melakukan beragam aktifitas dan menampilkan potensi diri, yang mungkin orang normal (tidak cacat) pun belum tentu bisa melakukannya.

Semalam saya melihat tayangan D'Terong show yang disiarkan oleh Indosiar. Di acara tersebut terdapat sati segmen dimana menghadirkan orang orang yang mempunyai cerita hidup inspiratif dan pada malam tadi acara tersebut menghadirkan seorang penyandang cacat tangan dan kaki sejak lahir dengan keahliannya bermain gitar dalam berbagai aliran jenis musik. Dengan keterbatasan fisiknya, dia mampu membuat banyak orang berdecak kagum. Membuat orang yang melihat geleng kepala. Bagaimana tidak, dia sangat mahir memainkan gitar meski memiliki keterbatasan fisik. Dialah Yana Mulyana atau Kang Yana, seorang pemuda Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat.


Dengan keterbatasan fisiknya, Kang Yana mampu memainkan permainan berbagai jenis aliran musik mulai dari rok, blues, latin, sampai dangdut yang menjadi tema acara D'terong show.


Lepaskan diri dari segala keterbatasan dan berhentilah mengasihani diri (apapun kekurangan kita). Memperjuangkan diri merubahnya menjadi satu kekuatan akan jauh lebih baik. Dan saya sangat yakin masih banyak di luar sana orang-orang seperti kang Yana, yang dengan segala keterbatasannya tetap berjuang dalam menjalani hidup ini. Tak kenal kata menyerah pada keadaan apalagi pada keterbatasan yang di sandang.

Kang Yana belajar gitar secara otodidak sejak berumur 12 tahun. dengan kamauan yang besar dia mampu memainkan gitar di atas rata-rata orang normal. Yana tak mempunyai kaki dan hanya mempunyai kedua tangan itupun tak begitu sempurna. Karena kedua tangan Yana ini mengalami kecacatan yang luar biasa dan sangat terbatas untuk bisa melakukan aktivitas. Tapi Kecacatan tak menyurutkan langkah Yana untuk bisa mengembangkan kemampuannya bermain gitar dan sangat terbukti permainan gitar yana sangat-sangat luar biasa. Meskipun sadar dengan kondisi fisiknya, namun dengan kemauan keras dia yakin bisa menunjukkan sisi lain dari dirinya. Ditambah dukungan kedua orangtua dan keluarga, keyakinan Yana semakin besar.

Kini, dengan kemampuan yang luar biasa itu, Yana bisa membuktikan bahwa keterbatasan tak mampu menghalangi kreativitas seseorang. Meskipun dia seorang difabel.

(gkb)

7 Agustus 2014

Perempuan tuna rungu tanpa batas, Angkie Yudistia

Angkie Yudistia
Angkie Yudistia makin sering muncul di media massa. Sebagai orang yang kehilangan fungsi pendengaran di usia belia, ia tak pernah mengumbar kesedihan. Tutur katanya justru menggelorakan semangat juang bagi siapaun yang tersentuh. Bagi Angkie, itulah keinginan terbesarnya dalam hidup. Angkie yang menjadi tuna rungu sejak berusia 10 tahun berharap lebih banyak lagi difabel yang berdaya. Segudang prestasi yang ia ukir setelah melewati masa-masa sulit dapat menjadi inspirasi. Angkie sedih mengetahui masih banyak difabel yang belum belum bisa mengakses dunia luar. Beberapa diantaranya terisolir karena orang tua mereka masih menganggap anak difabel sebagai aib keluarga.

Delegasi Indonesia di ajang Asia Pacific Center of Disability (Thailand) dan International Young Hard of Hearing (Perancis) ini mencoba membukakan pintu bagi mereka dengan meluncurkan biografinya di tahun 2011.

Buku Invaluable Experience to Pursue Dreams (Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas) memuat pengalaman Angkie menapaki pasang surut kehidupannya sebagai tuna rungu. Ia memang tidak mengatakan segalanya akan berjalan mulus ketika difabel mencoba menata masa depan. Finalis None Jakarta 2008 ini hanya memperlihatkan setiap orang memiliki masa depan asalkan mau berusaha.

Angkie berpendapat difabel sama saja seperti orang lainnya. Semua orang harus menemukan potensi masing-masing agar dapat menikmati masa depan. “Saya berharap dengan membaca buku itu, pandangan orang mengenai tuna rungu bisa berubah dan akhirnya bersedia menyatakan bahwa semua manusia itu sama,” ujar bungsu dari dua bersaudara ini.

Selain berkampanye melalui buku, Angkie juga bergerak bersama Thisable Enterprise. Bersama rekan-rekannya, ia menciptakan program corporate social responsibility(CSR) untuk difabel. Mereka menghubungkan rencana CSR perusahaan agar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan difabel yang ingin mengembangkan diri dan menjadikan keberadaannya bermakna di masyarakat.

Di mata Angkie, tak begitu penting berapa banyak difabel yang telah terbantu oleh program Thisabel Enterprise. Bukan kuantitas yang menjadi ukuran keberhasilan. “Tetapi tengoklah kesempatan yang terbuka bagi difabel untuk berkembang,” komentar pendiri merangkap CEO Thisable Enterprise ini.

Angkie sadar program yang Thisabel kembangkan memang terbilang baru. Butuh usaha lebih untuk membuat CSR-nya pada Thisable. Kendati demikian, seiring waktu makin banyak perusahaan yang tertarik untuk berkolaborasi dengannya.

Menatap ke depan, Angkie yakin ia tetap akan menjadi dirinya sendiri. Peraih gelar master komunikasi pemasaran ini bertekad untuk berbuat lebih banyak lagi bagi sesama difabel. “Saya ingin masyarakat peka dan menaruh perhatian pada isu disabilitas, agar kondisi marsyarakat yang inklusif bisa tercipta, khususnya di Indonesia,” ucap perempuan yang gemar travelling dan membaca ini.

Tak satupun orang mengetahui secara persis episode selanjutnya dalam kehidupan. Angkie Yudistia pun sempat mengalami masa sulit sebelum memetik manisnya buah perjuangan. Angkie tak pernah tahu secara pasti penyebab kerusakan indera pendengarannya. Ia mengatakan, belum ada penelitian yang valid yang dapat menyingkap pencetusnya. Dugaan terbesar, ia mengalami efek samping dari tingginya tinggal si konsumsi antibiotik. Semasa kecil ia mendapat daerah endemik malaria dan sering diberi antibiotik ketika demam.

Orang tua Angkie telah menempuh banyak cara untuk mengusahakan kepulihan bagi anandanya. Dara kelahiran 5 Juni 1987 ini pernah diperiksakan ke dokter di dalam maupun luar negeri, bahkan ke pengobatan alternatif. Tak satupun cara itu berhasil membawa Angkie keluar dari dunia yang senyap. Kenyataan itu tak membuat Angkie tumbuh menjadi gadis yang minder. Ia belajar untuk berkomunikasi dengan cara lain. “Saya membaca bibir orang untuk bisa mengikuti pembicaraan,” ujarnya ringan. Ketegaran Angkie terbentuk seiring waktu. Ia sempat mengalami masa-masa sulit, terutama ketika masih sekolah. Teman-teman sering meledeknya lantaran tak mendengar percakapan. Sejumlah kawan bahkan mengucilkannya. Menjadi bahan tertawaan, hati Angkie teriris. Ketika terluka, ia selalu berbagi perasaan dengan sang bunda. “Keluargalah yang membuat mental saya lebih tangguh,” ungkapnya. Angkie pun paham, ia tak akan bisa mengerem mulut orang untuk melontarkan perkataan yang menyakiti. Kesadaran itu menjadi bekalnya untuk menghadapi hari-hari yang sulit. Kala ada ocehan yang tak berkenan di hatinya, Angkie membalasnya dengan baik.

Di usia remaja, Angkie mulai menganggap gangguan pendengaran sebagai bagian dari hidupnya. Satu per satu kelebihannya muncul dan membuat orang tak lagi terfokus pada kelemahannya. Di usia 21 tahun, perempuan yang amat tertolong dengan alat bantu dengar ini berhasil menjadi finalis None Jakarta mewakili wilayah Jakarta Barat. Di tahun yang sama, dia juga terpilih sebagai The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008. Lulus dengan gemilang dari London School of Public Relation, pada 2009 Angkie sempat bekerja di bagian Marketing Communication IBM Indonesia. Setahun berikutnya ia lalui dengan bergabung sebagai corporate public relation PT Geo Link Nusantara. “Saat melamar pekerjaan, saya mengalami puluhan kali penolakan karena menyandang tuna rungu” ujarnya.

(cerita dan kisah)

6 Agustus 2014

SBY minta pemda bangun fasilitas anak disabel di stasiun, bandara, dan terminal

Presiden SBY menaruh perhatian khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Bahkan Presiden SBY menginstruksikan kepada pemerintah daerah untuk membangun fasilitas-fasilitas bagi anak-anak berkebutuhan khusus tersebut.

"Saya juga minta pemimpin instansi di daerah untuk memberikan kemudahan bangun fasilitas bagi anak-anak berkebutuhan khusus, apakah di stasiun kereta api, terminal bus, bandara, atau di tempat-tempat publik lain," ujar SBY.

Hal itu diungkapkan dalam sambutannya di acara Perayaan Hari Anak Nasional di Sasana Kriya, TMII, Jakarta Timur, Rabu (6/8/2014).

"Bangun dan siapkan fasilitas itu, ini kematangan dan peradaban sebuah bangsa, yang hormati dan perlakukan dengan baik siapa pun termasuk anak-anak kita yang tergolong berkebutuhan khusus itu," lanjutnya.

SBY memerintahkan kepada gubernur, bupati, dan walikota di seluruh Indonesia agar memberi perhatian khusus bagi anak-anak. Termasuk alokasi anggaran pengasuhan dan pendidikan.

"Saya berharap agar gubernur, bangun di kota masing-masing agar anak-anak bisa rekreasi, belajar, dan berolahraga," tuturnya.

(mpr / gah)

3 Agustus 2014

Emak ingin liburan

Wagiyo mendorong kurdi roda ibunya
Wagiyono (53) sumringah mendorong kursi roda Ibunda saat berwisata ke Kebun Binatang Ragunan. Ia bahagia bisa memenuhi keinginan sang Ibu untuk pergi jalan-jalan saat liburan Lebaran.

"Ibu pengen hiburan makanya diajak ke sini. Sekalian ajak anak, istri, jalan-jalan mumpung liburan. Setahun sekali ini nggak apa-apa," ujar Wagiyono kepada detikcom di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu (2/8/2014).

Wagiyono mengaku harus mengeluarkan uang sebesar Rp 500 ribu untuk menyewa mobil untuk datang ke Taman Marga Satwa ini. Ia merasa senang dapat membahagiakan keluarganya, terutama Ibunya yang telah berusia 75 tahun meski harus merogoh koceknya dalam-dalam.

"Yah nggak apa-apa. Nggak setiap hari ini ngajak liburan. Kalau mikir nggak cukup ya emang kurang terus. Kalau naik angkot kasihan ibu saya. Nyewa mobil kan bisa angkut 9 orang keluarga saya," terang Wagiyono yang sehari-harinya bekerja sebagai seorang mekanik di kawasan Marunda, Jakarta Utara itu.

Menyiasati pengeluaran untuk transporasi yang terbilang besar, Wagiyono mengakali dengan bertamasya ke Ragunan yang harga tiket masuknya murah. Dengan begitu, ia tak perlu mengeluarkan banyak uang lagi.

"Sini kan masuknya murah. Ngeluarin agak banyak uang buat mobil tapi buat keluarga setahun sekali diusahain gimana juga caranya," pungkas Wagiyono sambil terus mendorong kursi roda ibunya berkeliling diragunan.

(ear / aan)