9 Agustus 2014

Logo baru, Semangat baru

GKB kini mempunyai logo baru yang terdapat arti di dalamnya.

Huruf "G" kami lambangkan dengan warna merah.

Merah kami artikan Berhenti. Ya, kami pernah berhenti sementara dari aktivitas ke duniawiian kami karena peristiwa yang mengakibatkan kami patah tulang kaki atau bahkan mungkin sampai di amputasi, namun itu sifatnya sementara.

Huruf "K" kami lambangkan dengan warna hijau.

Kami mengartikan warna hijau adalah Berjalan. Setelah kami berhenti, saat nya kami kembali berjalan dengan semangat untuk mendapatkan kehidupan kami kembali, semangat untuk maraih apa yang sudah kami niat kan.

Huruf "B" kami lambangkan dengan warna kuning.

Kuning, kami menganalogikan kuning sebagai simbol Kehati-hatian. kini kami sudah kembali berjalan dan kami tidak mau berhenti kembali. Maka dari itu kami harus berhati-hati.

Kalimat "Gerakan" kami buat dengan tulisan berwarnah hitam dan background putih, dan juga Kalimat "Kembali Berjalan" kami buat sebaliknya, dengan tulisan warna putih dan backgroun hitam. Kami menggartikan bahwa hidup kami ini adalah keseimbangan dimana dibalik kekurangan kami, kami mempunyai kelebihan.

(gkb)

8 Agustus 2014

Gitaris difabel handal, kang Yana

Kang Yana
Kondisi fisik cacat atau tidak normal bukan sebagai kekurangan atau ketidakmampuan seseorang. Bahkan ada banyak penyandang cacat yang ternyata mampu melakukan beragam aktifitas dan menampilkan potensi diri, yang mungkin orang normal (tidak cacat) pun belum tentu bisa melakukannya.

Semalam saya melihat tayangan D'Terong show yang disiarkan oleh Indosiar. Di acara tersebut terdapat sati segmen dimana menghadirkan orang orang yang mempunyai cerita hidup inspiratif dan pada malam tadi acara tersebut menghadirkan seorang penyandang cacat tangan dan kaki sejak lahir dengan keahliannya bermain gitar dalam berbagai aliran jenis musik. Dengan keterbatasan fisiknya, dia mampu membuat banyak orang berdecak kagum. Membuat orang yang melihat geleng kepala. Bagaimana tidak, dia sangat mahir memainkan gitar meski memiliki keterbatasan fisik. Dialah Yana Mulyana atau Kang Yana, seorang pemuda Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat.


Dengan keterbatasan fisiknya, Kang Yana mampu memainkan permainan berbagai jenis aliran musik mulai dari rok, blues, latin, sampai dangdut yang menjadi tema acara D'terong show.


Lepaskan diri dari segala keterbatasan dan berhentilah mengasihani diri (apapun kekurangan kita). Memperjuangkan diri merubahnya menjadi satu kekuatan akan jauh lebih baik. Dan saya sangat yakin masih banyak di luar sana orang-orang seperti kang Yana, yang dengan segala keterbatasannya tetap berjuang dalam menjalani hidup ini. Tak kenal kata menyerah pada keadaan apalagi pada keterbatasan yang di sandang.

Kang Yana belajar gitar secara otodidak sejak berumur 12 tahun. dengan kamauan yang besar dia mampu memainkan gitar di atas rata-rata orang normal. Yana tak mempunyai kaki dan hanya mempunyai kedua tangan itupun tak begitu sempurna. Karena kedua tangan Yana ini mengalami kecacatan yang luar biasa dan sangat terbatas untuk bisa melakukan aktivitas. Tapi Kecacatan tak menyurutkan langkah Yana untuk bisa mengembangkan kemampuannya bermain gitar dan sangat terbukti permainan gitar yana sangat-sangat luar biasa. Meskipun sadar dengan kondisi fisiknya, namun dengan kemauan keras dia yakin bisa menunjukkan sisi lain dari dirinya. Ditambah dukungan kedua orangtua dan keluarga, keyakinan Yana semakin besar.

Kini, dengan kemampuan yang luar biasa itu, Yana bisa membuktikan bahwa keterbatasan tak mampu menghalangi kreativitas seseorang. Meskipun dia seorang difabel.

(gkb)

7 Agustus 2014

Perempuan tuna rungu tanpa batas, Angkie Yudistia

Angkie Yudistia
Angkie Yudistia makin sering muncul di media massa. Sebagai orang yang kehilangan fungsi pendengaran di usia belia, ia tak pernah mengumbar kesedihan. Tutur katanya justru menggelorakan semangat juang bagi siapaun yang tersentuh. Bagi Angkie, itulah keinginan terbesarnya dalam hidup. Angkie yang menjadi tuna rungu sejak berusia 10 tahun berharap lebih banyak lagi difabel yang berdaya. Segudang prestasi yang ia ukir setelah melewati masa-masa sulit dapat menjadi inspirasi. Angkie sedih mengetahui masih banyak difabel yang belum belum bisa mengakses dunia luar. Beberapa diantaranya terisolir karena orang tua mereka masih menganggap anak difabel sebagai aib keluarga.

Delegasi Indonesia di ajang Asia Pacific Center of Disability (Thailand) dan International Young Hard of Hearing (Perancis) ini mencoba membukakan pintu bagi mereka dengan meluncurkan biografinya di tahun 2011.

Buku Invaluable Experience to Pursue Dreams (Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas) memuat pengalaman Angkie menapaki pasang surut kehidupannya sebagai tuna rungu. Ia memang tidak mengatakan segalanya akan berjalan mulus ketika difabel mencoba menata masa depan. Finalis None Jakarta 2008 ini hanya memperlihatkan setiap orang memiliki masa depan asalkan mau berusaha.

Angkie berpendapat difabel sama saja seperti orang lainnya. Semua orang harus menemukan potensi masing-masing agar dapat menikmati masa depan. “Saya berharap dengan membaca buku itu, pandangan orang mengenai tuna rungu bisa berubah dan akhirnya bersedia menyatakan bahwa semua manusia itu sama,” ujar bungsu dari dua bersaudara ini.

Selain berkampanye melalui buku, Angkie juga bergerak bersama Thisable Enterprise. Bersama rekan-rekannya, ia menciptakan program corporate social responsibility(CSR) untuk difabel. Mereka menghubungkan rencana CSR perusahaan agar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan difabel yang ingin mengembangkan diri dan menjadikan keberadaannya bermakna di masyarakat.

Di mata Angkie, tak begitu penting berapa banyak difabel yang telah terbantu oleh program Thisabel Enterprise. Bukan kuantitas yang menjadi ukuran keberhasilan. “Tetapi tengoklah kesempatan yang terbuka bagi difabel untuk berkembang,” komentar pendiri merangkap CEO Thisable Enterprise ini.

Angkie sadar program yang Thisabel kembangkan memang terbilang baru. Butuh usaha lebih untuk membuat CSR-nya pada Thisable. Kendati demikian, seiring waktu makin banyak perusahaan yang tertarik untuk berkolaborasi dengannya.

Menatap ke depan, Angkie yakin ia tetap akan menjadi dirinya sendiri. Peraih gelar master komunikasi pemasaran ini bertekad untuk berbuat lebih banyak lagi bagi sesama difabel. “Saya ingin masyarakat peka dan menaruh perhatian pada isu disabilitas, agar kondisi marsyarakat yang inklusif bisa tercipta, khususnya di Indonesia,” ucap perempuan yang gemar travelling dan membaca ini.

Tak satupun orang mengetahui secara persis episode selanjutnya dalam kehidupan. Angkie Yudistia pun sempat mengalami masa sulit sebelum memetik manisnya buah perjuangan. Angkie tak pernah tahu secara pasti penyebab kerusakan indera pendengarannya. Ia mengatakan, belum ada penelitian yang valid yang dapat menyingkap pencetusnya. Dugaan terbesar, ia mengalami efek samping dari tingginya tinggal si konsumsi antibiotik. Semasa kecil ia mendapat daerah endemik malaria dan sering diberi antibiotik ketika demam.

Orang tua Angkie telah menempuh banyak cara untuk mengusahakan kepulihan bagi anandanya. Dara kelahiran 5 Juni 1987 ini pernah diperiksakan ke dokter di dalam maupun luar negeri, bahkan ke pengobatan alternatif. Tak satupun cara itu berhasil membawa Angkie keluar dari dunia yang senyap. Kenyataan itu tak membuat Angkie tumbuh menjadi gadis yang minder. Ia belajar untuk berkomunikasi dengan cara lain. “Saya membaca bibir orang untuk bisa mengikuti pembicaraan,” ujarnya ringan. Ketegaran Angkie terbentuk seiring waktu. Ia sempat mengalami masa-masa sulit, terutama ketika masih sekolah. Teman-teman sering meledeknya lantaran tak mendengar percakapan. Sejumlah kawan bahkan mengucilkannya. Menjadi bahan tertawaan, hati Angkie teriris. Ketika terluka, ia selalu berbagi perasaan dengan sang bunda. “Keluargalah yang membuat mental saya lebih tangguh,” ungkapnya. Angkie pun paham, ia tak akan bisa mengerem mulut orang untuk melontarkan perkataan yang menyakiti. Kesadaran itu menjadi bekalnya untuk menghadapi hari-hari yang sulit. Kala ada ocehan yang tak berkenan di hatinya, Angkie membalasnya dengan baik.

Di usia remaja, Angkie mulai menganggap gangguan pendengaran sebagai bagian dari hidupnya. Satu per satu kelebihannya muncul dan membuat orang tak lagi terfokus pada kelemahannya. Di usia 21 tahun, perempuan yang amat tertolong dengan alat bantu dengar ini berhasil menjadi finalis None Jakarta mewakili wilayah Jakarta Barat. Di tahun yang sama, dia juga terpilih sebagai The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008. Lulus dengan gemilang dari London School of Public Relation, pada 2009 Angkie sempat bekerja di bagian Marketing Communication IBM Indonesia. Setahun berikutnya ia lalui dengan bergabung sebagai corporate public relation PT Geo Link Nusantara. “Saat melamar pekerjaan, saya mengalami puluhan kali penolakan karena menyandang tuna rungu” ujarnya.

(cerita dan kisah)

6 Agustus 2014

SBY minta pemda bangun fasilitas anak disabel di stasiun, bandara, dan terminal

Presiden SBY menaruh perhatian khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Bahkan Presiden SBY menginstruksikan kepada pemerintah daerah untuk membangun fasilitas-fasilitas bagi anak-anak berkebutuhan khusus tersebut.

"Saya juga minta pemimpin instansi di daerah untuk memberikan kemudahan bangun fasilitas bagi anak-anak berkebutuhan khusus, apakah di stasiun kereta api, terminal bus, bandara, atau di tempat-tempat publik lain," ujar SBY.

Hal itu diungkapkan dalam sambutannya di acara Perayaan Hari Anak Nasional di Sasana Kriya, TMII, Jakarta Timur, Rabu (6/8/2014).

"Bangun dan siapkan fasilitas itu, ini kematangan dan peradaban sebuah bangsa, yang hormati dan perlakukan dengan baik siapa pun termasuk anak-anak kita yang tergolong berkebutuhan khusus itu," lanjutnya.

SBY memerintahkan kepada gubernur, bupati, dan walikota di seluruh Indonesia agar memberi perhatian khusus bagi anak-anak. Termasuk alokasi anggaran pengasuhan dan pendidikan.

"Saya berharap agar gubernur, bangun di kota masing-masing agar anak-anak bisa rekreasi, belajar, dan berolahraga," tuturnya.

(mpr / gah)

3 Agustus 2014

Emak ingin liburan

Wagiyo mendorong kurdi roda ibunya
Wagiyono (53) sumringah mendorong kursi roda Ibunda saat berwisata ke Kebun Binatang Ragunan. Ia bahagia bisa memenuhi keinginan sang Ibu untuk pergi jalan-jalan saat liburan Lebaran.

"Ibu pengen hiburan makanya diajak ke sini. Sekalian ajak anak, istri, jalan-jalan mumpung liburan. Setahun sekali ini nggak apa-apa," ujar Wagiyono kepada detikcom di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu (2/8/2014).

Wagiyono mengaku harus mengeluarkan uang sebesar Rp 500 ribu untuk menyewa mobil untuk datang ke Taman Marga Satwa ini. Ia merasa senang dapat membahagiakan keluarganya, terutama Ibunya yang telah berusia 75 tahun meski harus merogoh koceknya dalam-dalam.

"Yah nggak apa-apa. Nggak setiap hari ini ngajak liburan. Kalau mikir nggak cukup ya emang kurang terus. Kalau naik angkot kasihan ibu saya. Nyewa mobil kan bisa angkut 9 orang keluarga saya," terang Wagiyono yang sehari-harinya bekerja sebagai seorang mekanik di kawasan Marunda, Jakarta Utara itu.

Menyiasati pengeluaran untuk transporasi yang terbilang besar, Wagiyono mengakali dengan bertamasya ke Ragunan yang harga tiket masuknya murah. Dengan begitu, ia tak perlu mengeluarkan banyak uang lagi.

"Sini kan masuknya murah. Ngeluarin agak banyak uang buat mobil tapi buat keluarga setahun sekali diusahain gimana juga caranya," pungkas Wagiyono sambil terus mendorong kursi roda ibunya berkeliling diragunan.

(ear / aan)

1 Agustus 2014

Dermawan dibalik kekurangan

Jika anak ini bisa membantu, mengapa kita yang lebih baik tidak bisa membantu ?

Anak itu berjalan di meja donation. kami pikir dia hanya akan lewat, tetapi ternyata...

"saya ingin menyumban" kata anak itu

Ia menuang koin dari mangkuknya. para petugas mengulurkan tangan ingin membantu, tapi anak itu ingin melakukannya dengan tangannya sendiri.

kami semua tidak bisa berkata-kata, anak itu memberikan semua yang deperolehnya kepada lembaga amal dengan usahanya sendiri.

"saya masih punya uang." ia berkata dengan antusias sambil merogah saku celananya.

Orang bijak mengatakan

"sesungguhnya jika kita berbuat kebaikan, kita bukan hanya sedang membantu orang atau mahkluk lain, namun sesungguhnya kita sedang membantu diri kita sendiri agar menjadi lebih bahagia."

Temukan kebahagianan dengan memberi.