7 Januari 2015

Putu Suryati pendiri Yayasan Senang Hati

Putu Suryati

Polio yang diderita sedari kecil membuat Ni Putu Suryati sering merasa tak diterima oleh lingkungannya. Belum lagi anggapan di sebagian masyarakat Bali bahwa disabilitas atau mereka penyandang cacat dianggap sebagai karma buruk akibat perbuatan leluhur mereka di masa lalu. Namun keterbatasan fisik dan anggapan buruk tak membuatnya patah arang lantas menyerah dalam menjalani hidup dan berbagi kasih terhadap sesama.

Dengan segenap keyakinan bahwa disabilitas itu seperti manusia normal kebanyakan. Ni Putu Suryati tergerak memberanikan diri mendirikan sebuah yayasan untuk menampung mereka yang berkebutuhan khusus. Dia memberi nama yayasannya adalah Senang Hati.

Yayasan Senang Hati ini membuat program untuk mengembangkan kepercayaan diri, fisik dan kemerdekaan ekonomi. Senang Hati melakukannya melalui bantuan sukarelawan, dengan menyediakan pelatihan kemampuan, interaksi sosial dan juga kursi roda serta rumah untuk anak-anak cacat.

Yayasan Senang Hati

Putu mengatakan pemilihan kata Senang Hati di belakang kata yayasan digunakannya karena dia punya alasan sendiri. “Kami kan para penyandang cacat dan merasa jadi beban keluarga dan masyarakat, kami merasa diri kami tidak ada artinya, dengan membuka Yayasan Senang  hati kami ingin para penyandang cacat hatinya menjadi senang dan merasa berguna bagi keluarga dan masyarakat. Siapa pun yang bergabung disini hatinya semuanya pada senang” tuturnya.

Nah, untuk membuat “senang hati” para penyandang disabilitas, di yayasan ini banyak diadakan berbagai kegiatan positif. Disini, kata Putu, punya empat program dimana ada panti yang bisa menempati 20 orang difabel, ada pula kesehatan yang setiap seminggu sekali dilakuka fisioterapi, aquaterapi, dan yang lainnya. “Kalau perlu kursi roda, disini pun disediakan kursi roda bagi yang membutuhkan” kata Putu.

Tak ketinggalan, ada pendidikannya juga dimana  yayasan ini bekerja sama dengan dinas pendidikan. “Bagi yang tidak bisa membaca dan menulis, Mereka mengajar temen-temannya. Belajar komputer, mereka mengejar teman-teman yang didalamnya” imbuh Putu

Selain itu, di yayasan ini juga membuka restoran dan bekerja sama dengan travel. Di restoran tersebut para penyandang cacat dapat melayani tamu, dapat memasak dan yang lainnya.  Para penyandang disabilitas disini juga berkarya membuat sesuatu seperti kerajinan tangan keranjang, kalung, dan anting-anting.  “Karya-karyanya ini sudah di pasarkan secara rutin ke berbagai belahan dunia, yaitu ke Australia dan Italia dan omsetnya cukup lumayan untuk membiayai yayasan kami,” katanya.

Akan halnya sebagai sebuah yayasan independen, Putu mengatakan kendala utama yang saat ini dihadapinya adalah soal dana. Pasalnya, karena yayasan ini belum banyak diketahui, dan donasi yang diterimanya juga terbatas. Kendati begitu Putu sebagai pengurus tidak pernah berhenti membuat penyadaran kepada masyrakat. Baginya, para penyandang cacat bukan beban dan dapat menghasilkan jika diberikan kesempatan untuk berkarya. “ Ya, walaupun tidak ada donator tetap, yayasan ini dapat bertahan karena ada usaha yang kami buat dan niat tulus yang kami lakukan” pungkas Putu.

@hitam_putihT7 eps 6 Jan 2015